Goodbye For Now

Screenshot_2017-05-23-20-21-09_com.google.android.youtube

She’ll never let him go, but, he must go.

***

Musim dingin berlangsung seperti biasanya. Tumbuhan yang sudah ditinggal daunnya mulai membeku, membentuk semacam stalaktit kecil yang terbuat dari air. Beberapa hewan mulai melakukan hibernasi, hanya hewan tertentu yang bisa kau lihat di cuaca seperti ini. Salju belum turun, tapi udara dingin sudah menusuk-nusuk tulang, membuat siapapun harus mengenakan pakaian tambahan. Matahari sudah tinggi, tapi tetap saja, hal itu tidak membuat udara di sekitar menjadi hangat.

Seorang gadis turun dari bus sambil memasukkan dompet ke dalam ransel. Beberapa langkah setelahnya, ia memposisikan ransel itu dengan benar, ke bagian belakang tubuhnya. Ia memasukkan kedua tangan ke saku mantelnya tebalnya, mengamati sekitar. Tidak ada tanda-tanda salju akan turun.

Shin Ha Byul menggerutu kesal. Ia tidak suka musim dingin, karena itu membuatnya harus terus mengenakan pakaian berlapis-lapis. Ia juga tidak suka suhu udara yang terkadang mencapai minus, yang membuatnya tidak bisa kemanapun. Ia lebih benci lagi bila hujan yang terjadi saat musim dingin. Hal seperti itu benar-benar merusak kesenangannya.

Byul menghela napas. Kepulan kecil udara akan keluar dari mulutnya, juga hidungnya tiap kali ia menghembuskan napas. Di luar ketidaksenangannya pada musim dingin, ia sangat senang hari ini. Tidak biasanya sang sekretaris, Choi Hye Won, mengizinkan ia pulang pada jam seperti ini. Ia biasanya akan diizinkan pulang paling cepat jam delapan malam, paling telat dini hari. Tapi hari ini berbeda. Ia dan timnya baru saja menyelesaikan sebuah perkara hukum, dan Choi Hye Won memutuskan mereka tidak akan menerima klien selama beberapa waktu terakhir. Bagaimanapun, mereka butuh istirahat, setelah kemenangan mereka dari kasus yang baru saja mereka tangani.

Kalau saja ini musim panas atau musim semi, Byul pasti sudah akan bermain basket sepuas-puasnya. Tapi karena ini musim dingin, ia tidak akan melakukan itu. Ia harus menemukan satu hal yang akan membuatnya sibuk seharian ini sembari menunggu Cho Kyu Hyun pulang.

Ah, benar sekali. Byul belum mengabari orang itu.

Ia sudah tiba di halaman rumahnya. Saat ia membuka pintu, ia tidak heran karena tidak ada siapapun di sana.

Byul mengambil ponsel, mengirim pesan pada laki-laki itu.

Aku sudah pulang. Tidak usah menjemputku.

Gadis itu masuk ke kamarnya, mengganti baju dengan sebuah sweater tebal panjang dan celana training. Ia menuju rak bukunya, tempat semua bacaannya berada. Ia mengambil satu judul buku, melompat ke tempat tidur, dan mulai membaca.

☆☆☆

Aku sudah pulang. Tidak usah menjemputku.

Kyuhyun mengerutkan bibir, membaca pesan itu. “Tumben sekali.” gumamnya. “Ada apa dengan Choi? Tidak biasanya dia memberi Byul kebebasan seperti ini.”

Kyuhyun membalas pesan gadisnya.

Aku juga akan pulang sebelum malam. Apa yang kau lakukan sekarang?

Kyuhyun baru hendak menyimpan kembali ponselnya kalau saja Byul tidak membalas.

The Hunger Games: Catching Fire.

“Oh.” Kyuhyun mengangguk, tidak lagi membalas pesan gadis itu. Setidaknya Kyuhyun tahu Byul sedang membaca, tidak sedang melakukan hal aneh dan tidak rasional. Gadis itu tidak suka musim dingin, jadi gadis itu tidak akan mungkin bermain basket di cuaca seperti ini.

Sebenarnya saat ini ia tengah berada di kantin kantor dengan laptopnya. Ia baru selesai makan siang, dan sekarang tengah menikmati secangkir kopi sambil mengerjakan sebuah laporan. Hari ini sepertinya pekerjaan kantornya terlihat biasa, Kyuhyun sama sekali tidak kelihatan sibuk, bahkan cenderung sangat santai.

Sebenarnya ia ingin sekali merecoki Byul dengan bertanya apa gadis itu sudah makan atau belum, tapi ia langsung teringat pasti Choi Hye Won sudah mendesak gadis itu melakukannya. Ia juga ingin sekali mengirim banyak pesan pada gadis itu. Tapi karena Byul sedang membaca dan sangat tidak suka bila sedang diganggu (Kyuhyun pernah mengganggu gadis itu membaca dan sebagai akibatnya Byul tidak menegurnya selama satu bulan), jadi Kyuhyun memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lagipula, setelah menyelesaikan laporan ini dan meminta sang sekretaris mengurus sisanya, ia akan bisa tiba di rumah sebelum malam.

Seorang pria perawakan tinggi, tampak bijaksana, menghampiri meja Kyuhyun. Laki-laki itu meliriknya sebentar, masih sambil mengetik. “Apa kau sudah mengurus semuanya?”

Orang itu mengangguk. “Pesawatmu besok jam 10 pagi. Akan tiba di Stockholm sore hari. Kau tidak harus langsung mengadakan rapat, tenang saja. Karena rapat para pemegang saham itu baru diadakan keesokan harinya.”

“Baiklah.” Kyuhyun mengangguk lagi.

“Bagaimana laporanmu?”

“Hampir selesai.” Laki-laki itu masih menatap layar dan masih mengetik. “Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu repot. Kita hanya tinggal berangkat, jangan khawatir.”

Orang itu mengangguk takzim, duduk di hadapan Kyuhyun, menunggu laki-laki itu selesai. Baru saja ia hendak memesan minuman, Kyuhyun menutup laptop, memberikan kabel USB kepada sekretarisnya.

Ia tersenyum. “Aku bisa pulang kan?”

“Tentu saja.”

Kyuhyun berpamitan, langsung menuju basement, tempat mobilnya berada. Ia melaju, meninggalkan kawasan kantornya.

Ia menghela napas lega. Senang rasanya bisa menyelesaikan urusan kantor secepat ini. Ditambah lagi, Byul sudah ada di rumah. Semakin banyak waktu untuk bersenang-senang dengan gadis itu.

Di tengah perjalanan, ia memutuskan untuk berhenti di sebuah supermarket. Ia keluar, mengeratkan mantel, masuk ke tempat hangat itu, memberi beberapa bungkus keripik kentang dan biskuit. Setelah membayar semuanya, ia kembali ke mobil, melanjutkan perjalanan ke rumah.

Ketika ia tahu Byul sudah berada di rumah, ia cukup terkejut karena gadis itu tidak menyambut kepulangannya.

Tapi sekonyong-konyong, ia menyadari satu hal. Byul bukanlah gadis yang pada umumnya akan membukakan pintu bagi prianya yang baru saja pulang dari kantor, menyambutnya dengan sapaan riang, berciuman, dan membantu membawakan tas prianya. Itu sangat klise dan kalaupun itu sesuatu yang sangat unik Byul tidak akan mau melakukannya. Kita tahu seperti apa Shin Ha Byul.

Maka dari itu, Kyuhyun hanya menghela napas ketika melihat Byul tertidur di kamar.

Gadis itu merentangkan tubuh dengan posisi tengkurap, kepala menghadap ke samping. Sepertinya gadis itu sudah lama tertidur. Ia juga melihat sebuah buku yang terbuka menghadap ke bawah terletak begitu saja di samping gadis itu.

“Kau akan marah-marah sendirian kalau tahu dirimu sendiri yang membuat bukumu rusak.” Kyuhyun menggerutu pelan. Duduk di tepi tempat tidur, menutup buku, tidak lupa meletakkan pembatas buku di antara dua halaman tadi. Ia tersenyum lembut menatap Byul yang tidur dengan mulut ternganga, kemudian terkekeh. “Aigoo.. kau sangat kelelahan rupanya..”

Sejurus kemudian, Kyuhyun melihat Byul menggeliat. Kemudian, mata gadis itu terbuka, langsung mengenali Kyuhyun. Byul mengubah posisi menjadi telentang. “Eung..” Byul melenguh, mengerjap-ngerjap memandang laki-laki itu.

“Sudah bangun, Putri?” Kyuhyun menggoda.

Byul mendesis sebal. “Kapan kau sampai?”

“Beberapa menit yang lalu.” Kyuhyun menjawab. “Apa kau terbangun karena aku?”

Byul menggeleng. “Apa aku tertidur sangat lama?”

“Aku bahkan berusaha untuk tidak membangunkanmu.”

Byul menguap lebar. “Sepertinya aku ketiduran saat membaca..” lirihnya serak. Ia bangun dan duduk. “Kau sudah makan?”

Kyuhyun menggeleng.

Kini Byul sudah berdiri, melangkah pelan menuju dapur. “Kau bisa mandi dan berganti baju. Aku akan menyiapkan makan malam.”

Gadis itu meninggalkan kamar, membiarkan Kyuhyun melakukan apa yang diminta.

☆☆☆

Setengah jam kemudian, Kyuhyun keluar dari kamar dengan menggunakan sweater coklat dan celana jeans pendek. Laki-laki itu menuju dapur, memandangi Byul yang tengah sibuk memasak. Sebenarnya ia ingin sekali memeluk gadis itu selama memasak, tapi karena ia sedang tidak ingin mendapat tendangan atau pukulan dari gadis itu, ia memilih untuk tidak melakukannya.

Ia mengeser sebuah kursi, duduk. “Byul-ah?”

“Ng?” jawab Byul. Gadis itu tengah mengambil beberapa piring, mangkuk, sumpit dan sendok dari lemari. Masakan gadis itu sudah selesai.

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”

Gadis itu tidak menjawab. Ia sedang meletakkan lauk pauk di meja, lalu meletakkan mangkuk nasi untuk dirinya dan laki-laki itu. Byul memberikan sumpit dan sendok pada Kyuhyun, lalu duduk berhadapan dengan laki-laki itu.

Mereka mulai menikmati makanan. Untuk beberapa menit hanya terdengar dentingan sendok dan sumpit yang beradu dengan piring dan mangkuk.

“Ah!” Byul menjentikkan jari, menyuapi dirinya sendiri. “Kau tadi mau bicara apa?”

Laki-laki itu menampakkan ekspresi bahwa ia baru saja ingat sedang mengajak Byul bicara. “Aku akan ke Swedia besok. Perjalanan bisnis.”

Byul berhenti makan, meletakkan sumpit.

“Perusahaan ayah sedang membuka cabang disana dan aku diminta untuk memenangkan hati para pemilik saham agar mereka bisa menanamkan saham mereka di perusahaan cabang. Aku akan berada di sana paling lama dua bulan, setidaknya itu kata ayah. Tapi jika aku akan tinggal lebih lama, aku tentu akan mengabarimu.” Kyuhyun menjelaskan.

Gadis itu diam sejenak, meneguk segelas air, lalu berkata. “Jam berapa kau akan berangkat besok?”

“Sepuluh pagi.

Byul mengangguk-angguk, melanjutkan makan.

Menyadari reaksi itu, Kyuhyun bertanya hati-hati. “Kau.. tidak apa-apa kan jika kutinggal selama itu?”

Bukan tanpa alasan Kyuhyun berkata demikian. Biasanya, bila ia melakukan perjalanan bisnis, paling lama ia meninggalkan gadis itu seminggu, paling cepat sehari. Itupun pasti akan ada beberapa hal aneh yang terjadi pada gadisnya. Dalam perjalanan bisnisnya yang terakhir, saat ia meninggalkan Byul selama tiga hari, gadis itu terbaring tak berdaya di tempat tidur karena berkelahi dengan sepuluh preman berbadan kekar yang mencoba mengganggu gadis sekolahan yang ditemui gadis itu. Byul sempat mengalahkan tujuh dari mereka, tapi sisanya menyerang Byul dengan tidak berperikemanusiaan. Gadis itu berakhir menyedihkan dengan darah dan lebam di sekujur tubuhnya.

Lebih dari itu, Kyuhyun sebenarnya sangat tersiksa bila harus melakukan perjalanan bisnis, karena itu berarti ia akan berada jauh dari Byul. Maka dari itu ia tak henti-hentinya mengirim pesan pada gadis itu dan memaksa untuk bicara sangat lama di telepon pada malam hari sebelum tidur. Meninggalkannya beberapa jam saja sudah cukup membuat uring-uringan, bagaimana ia bisa bekerja dengan baik kalau ia harus berada jauh dari gadisnya selama dua bulan?

“Byul-ah..”

“Aku akan meneleponmu setiap malam, mengabarimu setiap pagi, dan mengatakan padamu apapun yang aku lakukan.” Byul tersenyum penuh pengertian. “Aku tahu kau tidak akan bisa hidup tanpaku.”

Kyuhyun baru saja merasa tersanjung karena betapa pengertiannya gadis itu, namun raut wajahnya mendadak masam saat mendengar betapa percaya dirinya gadis itu. Meski ia harus mengakui itu benar.

“Kau tidak akan merindukan aku?”

“Dengan meneleponmu setiap malam dan mengabarimu setiap saat sudah cukup membuatku bosan.”

Kyuhyun merengut kesal, melanjutkan makan.

“Kau pasti belum menyiapkan barang-barangmu.” Byul meletakkan sumpit, menengkurapkan sendok. Gadis itu sudah selesai makan.

Laki-laki itu menyeringai.

“Baiklah..” gadis itu mengangkat bahu. “Biar aku yang melakukannya.”

“Apa kau tahu apa saja yang akan aku bawa?”

Byul menatap Kyuhyun jengkel. “Kau pikir ini perjalanan bisnismu yang pertama? Tentu saja aku tahu semua yang kau perlukan!”

“Bagaimana kalau aku membantumu menyiapkan barang-barangku?”

“Kalau begitu kenapa tidak dari dulu kau menyiapkan barang-barangmu sendiri?”

Kyuhyun memukul Byul dengan sendok.

Gadis itu mendesis sambil memegangi kepalanya. “Baiklah..” sungutnya. “Lakukan apapun yang kau suka.”

Ia membereskan piring kotor. Kyuhyun membantunya, menawarkan diri untuk mencuci piring. Awalnya Byul tidak setuju, memutuskan biarlah Kyuhyun menyiapkan apa yang ingin dibawanya sementara ia akan merapikannya dan menambahkan beberapa hal lain yang mungkin diperlukan laki-laki itu, tapi Kyuhyun menolak.

Byul berdecak kesal. “Apa sebenarnya yang kau inginkan?”

Kyuhyun tersenyum. “Mengganggumu selagi aku bisa.” jawabnya santai. “Aku tidak akan melakukan itu selama satu bulan. Coba bayangkan betapa tersiksanya aku.”

Gadis itu tersenyum simpul, lalu terkekeh. Laki-laki ini selalu bisa menunjukkan sisinya yang berbeda bila berhadapan dengannya.

Mereka pun mengerjakan tugas yang telah disepakati.

Sebenarnya, ada alasan tertentu mengapa Kyuhyun memilih untuk mencuci piring sementara Byul mengemasi semua keperluannya. Ia tahu pekerjaan itu lebih cepat selesai dilakukan, sehingga ia bisa sedikit ‘bermain’ dengan gadisnya.

Kyuhyun mulai mencuci piring, seraya membayangkan bagaimana ia menjalani hidup selama dua bulan di Stockholm tanpa kehadiran gadis favoritnya. Ia memang sering melakukan perjalanan bisnis, dan itu adalah hal terberat yang harus dijalaninya di hidup ini. Meski Shin Ha Byul sudah berjanji akan meneleponnya setiap malam dan mengabarinya setiap waktu santainya ― Byul memang akan melakukan itu setiap kali Kyuhyun berada jauh darinya ― tetap saja ia tidak bisa mengobati kerinduannya pada gadis itu.

Lagipula sbenarnya Byul bukan gadis manja yang akan menangisi dirinya setiap saat setiap kali merasakan kerinduan yang mendalam. Byul bahkan lebih sering menjawab Kyuhyun dengan judes ketika laki-laki itu meneleponnya. Tapi suara Byul akan berubah menjadi sangat manis kalau Kyuhyun sudah mengiming-imingi souvenir berbau basket, taekwondo, dan novel-novel fantasi yang diincarnya.

Kyuhyun mulai menyusun piring di rak. Ia mengenal dengan baik gadisnya. Ia tidak akan heran bila gadis itu tidak mengungkapkan kerinduan lewat kata-kata. Byul sangat pemalu, lihat saja bagaimana reaksi gadis itu bila Kyuhyun sudah menciumnya terlampau agresif. Ia bisa memaklumi itu, bahkan menyukainya, karena dengan begitu ia bisa menganggu gadis itu sepanjang waktu.

Selesai ia menyusun piring, ia langsung menuju kamarnya. Benar saja, Byul tengah bertopang dagu memandang lemari. Koper Kyuhyun sudah terisi setengahnya. Laki-laki itu mengambil beberapa baju, memasukannya ke dalam koper. Byul mengangguk-angguk, lalu mengambil dua buah mantel tebal dan memasukannya.

“Kau akan membutuhkannya.” Byul berkata saat melihat tatapan bertanya Kyuhyun.

Aigoo.. kau benar-benar sangat memperhatikan aku, hm?” goda Kyuhyun.

Byul menendang keras bokong laki-laki itu.

Kyuhyun meringis. “Kapan kau akan berhenti menjadikan aku sebagai objek taekwondo mu?”

Byul mengangkat bahu acuh. Ia kembali mengemasi koper Kyuhyun.

“Nah!” Byul berseru, mengibas-ngibas tangannya. Ia menatap laki-laki itu. “Letakkan kopermu di tempat yang gampang terlihat, supaya besok pagi kita hanya tinggal sarapan dan langsung menuju bandara.”

Gadis itu melompat ke tempat tidur, sudah bersiap masuk kea lam mimpi kalau saja Kyuhyun tidak mencegahnya.

“Kau mau langsung tidur?” Kyuhyun menyipitkan mata.

Byul mengangguk polos. “Pesawatmu pagi kan?”

Laki-laki itu tersenyum. “Ada yang lebih penting untuk dilakukan selain tidur cepat, sayang.” Ia menarik tangan Byul dan mereka keluar dari kamar. Gadis itu mengekori dengan tatapan bertanya.

Kyuhyun mengambil kantong plastik berisi banyak camilan yang tadi sudah dibelinya, lalu memberi semua itu pada Byul, dan ia menyalakan televisi.

Byul membelalak. “Hei, kukira pertandingannya sudah selesai!”

Laki-laki itu tertawa. “Siapa bilang? Ayo kita taruhan!”

Dan sepanjang sisa malam itu mereka lakukan dengan menonton pertandingan basket sambil menikmati camilan yang ada. Byul benar-benar sangat bersemangat, mendukung timnya dengan menggebu-gebu, dan akan mengejek Kyuhyun bila tim kesayangannya unggul dari tim lawan, karena laki-laki itu mendukung tim lawan. Kyuhyun hanya pasrah, menerima semua omelan Byul, dan mengikuti jalannya pertandingan dengan santai. Sebenarnya yang ia ingin lakukan malam ini hanyalah menghabiskan waktu bersama gadisnya sebelum mereka berpisah selama sebulan.

Kyuhyun yakin pada saat itu ia akan merindukan senyum Byul, tawa Byul, gerutuan Byul, kepolosan Byul, kebiasaan Byul bila sudah bertemu makanan kesayangannya, dan semua yang ada pada diri Byul. Ia akan sangat merindukan gadis kesayangannya ini.

Pertandingan selesai. Televisi sedang menayangkan para komentator yang sedang berbicara. Byul minum, karena tadi kebanyakan berteriak. Tim kesayangannya menang. Ia dan Kyuhyun sedang menghabiskan sisa camilan yang ada.

Malam semakin larut. Mereka berdua tidak saling berbicara, sementara televisi menampilkan cuplikan acara musik yang akan tayang keesokan hari.

“Apa kita tidak akan terlambat bangun besok?” Byul bertanya. Ia merapikan bungkus keripik kentang yang sudah kosong.

Kyuhyun menggeleng. “Entahlah, Byul-ah..” ia bergumam. “Aku sama sekali tidak mengantuk..”

Byul menoleh, memandangi Kyuhyun. Sembilan jam lagi laki-laki ini akan meninggalkannya selama sebulan, bahkan mungkin lebih. Apa ia tidak merasakan apapun?

“Jaga dirimu selama aku tidak ada, eoh?” pinta Kyuhyun. Ia sudah menggenggam tangan gadis itu. “Jangan melakukan hal-hal aneh dan tidak rasional.”

Byul hanya mengangguk.

“Makanlah dengan baik. Jangan tidur terlalu larut. Jangan bermain hujan, karena tidak ada yang akan merawatmu kalau kau sakit nanti. Selalu telepon aku setiap kau sampai di rumah, dan kabari aku apa yang sedang kau lakukan.”

Byul mengangguk lagi.

Laki-laki itu tersenyum sendu, mengusap kepala Byul. “Aku akan merindukanmu..”

Byul tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Sampai sekonyong-konyong, gadis itu sudah duduk di pangkuan Kyuhyun.

Tentu laki-laki ini kaget sekali. Kedua tangannya refleks berada di pinggang gadis itu. “Ada apa, hm?”

Byul sekali lagi hanya diam, kemudian tangannya menangkup pipi Kyuhyun, mengusap kepalanya lembut. Sejurus kemudian, ia memeluk laki-laki itu erat.

Kyuhyun membalasnya, tersenyum penuh pengertian di bahu gadisnya. Byul memang tidak terlalu pandai berkata-kata, jadi dia jarang sekali mengekspresikan apa yang dirasakannya lewat ucapan. Byul memang hampir tidak pernah berkata ‘Aku merindukanmu’, tapi gadis itu melakukannya dengan cara lain. Seperti ini misalnya.

“Berhati-hatilah..” gadis itu berkata lirih. Ia menopang dagu di bahu Kyuhyun, memejamkan mata. Satu tangannya masih mengusap kepala laki-laki itu. “Telepon aku begitu kau turun dari pesawat, dan begitu kau sampai di hotel tempatmu menginap. Aku akan mengabarimu setiap saat, dan meneleponmu setiap malam. Jangan lupa membalas, dan pastikan ponselmu selalu aktif.”

Kyuhyun mengangguk paham. “Baiklah..”

“Aku janji aku tidak akan membuatmu repot..”

“Bagus sekali..”

“Aku tidak akan melakukan hal-hal aneh dan tidak rasional..”

“Oke.”

“Aku akan menuruti semua perkataanmu..”

“Kau sudah berjanji padaku.”

Byul mengeratkan pelukan, mati-matian menahan rasa panas yang menjalar di matanya. “Aku..” katanya terbata. “aku.. akan merindukanmu..”

Inilah pertama kalinya Shin Ha Byul berkata dengan mulutnya sendiri kalau ia akan merindukan laki-laki itu, jika biasanya Byul hanya menyuruhnya untuk berhati-hati.

Laki-laki itu tersenyum senang. Ia melepas pelukan, menatap lama wajah gadisnya seakan ia tidak akan pernah melihat wajah ini untuk selama-lamanya. “Kau tahu kenapa aku tidak pernah menyukai perjalanan bisnis?” ia bertanya.

Byul ― yang tangannya masih merangkul leher Kyuhyun ― mengangguk.

“Itu karena aku harus berada jauh darimu.” Laki-laki itu menghembuskan napas, ia tetap menjawab. “Aku seperti kehilangan diriku kalau kau tidak ada di dekatku, sekalipun perjalanan bisnisku hanya sehari..”

“Aku juga..”

“Aku tahu, meski kau tidak pernah mengatakannya.”

Byul tersenyum teduh.

Keduanya saling tatap, tak saling bicara. Sampai Byul membuka mulutnya, kemudian menutupnya lagi.

Kyuhyun yang melihat itu lantas bertanya. “Apa?”

“Bekerjalah dengan giat..”

Laki-laki itu mengulum senyum, mengangguk-angguk.

“Jangan terlambat makan..”

“Baiklah, Sayang.”

“Jangan sakit..”

“Katakan itu pada dirimu sendiri.”

“Jangan menggoda para gadis..” cicitnya pelan.

Kyuhyun menatap Byul terkejut, kemudian terbahak. “Apa?”

Byul memukul kepala laki-laki itu. “Jangan pura-pura tidak mendengar!”

Laki-laki itu tertawa sebentar, kemudian mengangguk. Ia mengusap pipi gadis itu. “Baiklah..” katanya. “Aku tidak akan menggoda para gadis, atau berada di dekat para gadis. Aku akan menjauhi mereka setiap kali mereka bertindak genit padaku. Aku hanya akan berinteraksi dengan mereka hanya saat bekerja, untuk urusan bisnis, tidak ada yang lain.”

Byul mengangguk puas. Sedetik kemudian, ia mengecup bibir laki-laki itu.

Kyuhyun membelalak, sementara wajah Byul sendiri sudah memerah. Gadis itu menunduk malu. Kyuhyun sepertinya harus mulai terbiasa dengan Byul yang mulai sedikit .. er.. berani..

Laki-laki itu memegang belakang leher gadis itu, menariknya untuk mendekat, dan ia sendiri sudah mulai menyesap tanpa ampun bibir gadisnya. Dengan posisi mereka yang seperti ini, ia yakin Byul juga akan menikmati ciumannya. Buktinya, gadis itu mulai menirukan gerak bibir Kyuhyun, dan pelukan keduanya semakin erat.

☆☆☆

Perjalanan ke bandara cukup seru. Byul seringkali menceritakan betapa protektifnya sang sekretaris yang akan membuat Kyuhyun ― yang tengah mengemudi ― akan mengejeknya habis-habisan. Setelahnya mereka berdua akan tertawa bersama. Karena Byul tidak sempat memasak, mereka memutuskan membeli sarapan di jalan, dengan mendatangi sebuah restoran fast food dan membeli dua buah burger dan kentang goreng berukuran besar, dan dua buah kopi hangat. Sesekali Kyuhyun akan membuka mulut sementara matanya memandangi jalanan, secara tak langsung menyuruh Byul menyuapinya.

Ketika mereka sampai di bandara, mereka segera menuju bagian Keberangkatan. Sudah ada sekretaris Kyuhyun dan beberapa orang staf kantor menunggu untuk check-in.

Byul mengamati arlojinya. “Heol.” ia menghela napas. “Kukira kita akan terlambat.”

Kyuhyun memberikan kopernya ke sang sekretaris untuk dimasukkan ke dalam bagasi, kemudian berdiri di depan Byul, memandang gadis itu sangat lama.

Byul mengulum senyum, merentangkan kedua tangannya. Kyuhyun menyambut gadis itu dengan merengkuhnya erat.

Laki-laki itu memejamkan mata, mengusap kepala dan punggung Byul. “Jaga dirimu, Byul-ah..” pintanya lembut. “Jangan sakit seperti waktu itu..”

Byul menghembuskan napas yang sedari tadi ditahannya. Ia membalas pelukan itu, berusaha mengingat kehangatan yang ia rasakan saat ini, takut kalau-kalau ia melupakannya jika orang ini tidak ada di dekatnya. Ia mengangguk.

“Jangan pulang terlalu larut..”

“Baiklah..”

“Jaga pola makanmu, jangan keseringan memakan benda itu..”

“Oke..”

“Telepon aku setiap malam..”

“Tadi malam kau sudah mengatakannya dua kali.”

Beberapa menit kemudian barulah pelukan itu terlepas. Kyuhyun menangkup pipi gadisnya, mengecup kening, pipi, dan bertahan lama di bibirnya. Setelah itu ia mengusap sayang kepala Byul.

“Aku pergi..” pamitnya.

Byul tersenyum lembut. “Berhati-hatilah..”

Kyuhyun dan rombongannya masuk melewati pintu, membiarkan tubuhnya diperiksa oleh petugas, dan melangkah pasti ke bagian check-in. Laki-laki itu melambaikan tangan kepada Byul sebelum menuju ruang tunggu.

Gadis itu membalas lambaian tangan prianya. Ketika Kyuhyun hilang dari pandangan, ia menurunkan tangan. Kemudian menghela napas. Setitik air matanya jatuh.

Kyuhyun bahkan belum menaiki pesawat, tapi ia sudah sangat merindukan laki-laki itu.

s

End

b

HAHAHAHAHHAHAHAHHAH

Ini ceritanya gue sedih gitu besok Kyuhyun berangkat wajib militer 😦

Gimanaaaaa?

Jadi, aku sekarang lagi bikin cerita semacam prekuel cerita Love, Trust & Hate. Ada 7 Part, tapi aku masih bingung nentuin apa judulnya.

Ada yang mau baca? :))

2 thoughts on “Goodbye For Now

  1. huwa 😭😭 kenapa gue jadi sedih bacanya ya, padahal mereka romantis banget 😂 apa mungkin ini efek kyuhyun bakalan pergi buat wamil.. istri2 kyuhyun baklan ngejanda nih selama 2 tahun 😭

    Liked by 1 person

Leave a comment