Everything Has Changed 8 (END)

everything-has-changed-taylor-swift-35296961-1191-669nce97g ce

#8 : All is clear

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 (END)

***

MASA yang paling sulit yang pernah kuhadapi dalam hidupku adalah, saat setelah lulus dari sekolah dan masuk ke perguruan tinggi. Karena pada masa itu, aku tidak bisa lagi melihat seorang gadis dari kejauhan. Atau memperhatikannya secara diam-diam seperti saat masih di sekolah menengah dulu. Atau mengatakan sesuatu yang paling jujur dari lubuk hatiku saat seorang gadis itu tertidur.

Kuharap kalian masih ingat apa yang kukatakan pada Byul saat dia tertidur di bahuku, di dalam bis yang sedang menempuh perjalanan pulang dari karya wisata di Busan sampai ke Seoul.

Bolehkah aku jujur? Baiklah.

Aku benar-benar sedih saat tahu Byul dihukum karena So Eun. Dan itu tidak mungkin Byul yang serta merta membuat masalah. Karena aku tahu, setidaknya sejak aku tahu dia sangat membenci So Eun, dia tidak pernah mau berurusan dengan gadis sialan itu. Tapi kemudian, saat mendengarnya mengatakan hal-hal konyol pada Kang seonsaengnim ketika kami berada di akuarium Busan dan pantai (yang membuat guru itu hampir gila), dan tingkahnya yang terlampau ceria, aku bahagia. Melihat Byul sebebas itu setelah nyaris mati kebosanan di penginapan. Tapi aku kembali bersyukur karena Hyosung, Chan, dan Minjung membolos untuk menemaninya.

Itulah interaksi terakhirku dan Byul. Saat aku mengatakan hal yang begitu melankolis — Byul akan berpendapat seperti itu — padanya. Dan itulah terakhir kalinya, Byul tidur di bahuku.

Sebenarnya aku juga agak kesal karena setelahnya Byul bertindak seakan-akan tidak pernah tidur di bahuku. Dia masih bersikap dingin padaku. Itulah yang membuatku juga bersikap dingin dan seakan tidak pernah mengenalnya.

Namun perasaan acuh itu perlahan berubah menjadi rindu saat ternyata aku dan dirinya tidak berada di universitas yang sama.

Aku tidak bisa lagi melihatnya dari jauh. Atau memperhatikannya secara diam-diam. Dan jika kami berkumpul bersama, dia benar-benar tidak mempedulikan keberadaanku.

Aku benci padanya.

Kenapa Byul bisa membuatku seperti ini? Membuatku membencinya dan merindukannya di saat yang sama?

Namun itu tidak berlangsung lama. Setelah lulus dari perguruan tinggi, aku mengelola perusahaan ayahku. Singkatnya, karierku cukup sukses.

Dan pada saat itu, benar-benar pada saat itu, saat aku berpapasan dengan seorang gadis ketika menyebrang menuju kantorku, hidupku berubah.

Aku tidak akan mengelak kalau aku langsung jatuh cinta pada gadis itu.

Dan berniat melamarnya segera.

Jadi aku menemui Sungmin, Eunhyuk, dan Donghae, meminta saran tentang cincin pernikahan. Sungmin dan Donghae memang sudah menikah — bahkan Hyosung si penggosip itu tengah hamil! — tapi Eunhyuk hanya baru melamar Minjung. Pernikahan mereka akan dilangsungkan sebentar lagi. Undangan sudah disebar.

Aku meminta saran di orang yang tepat ‘kan?

Setelah menemui mereka bertiga, dan berusaha mati-matian untuk menyembunyikan identitas tunanganku dari mereka, aku pergi ke toko perhiasan di Myeongdong.

Dan di situlah hidupku berubah.

Seumur hidup, aku tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Seumur hidup, aku tidak pernah diancam dan dipukuli sampai nyaris mati. Dan seumur hidup, aku tidak pernah mengikuti perintah yang bukan keinginanku untuk dituruti.

Aku berubah total. Menjadi pribadi yang dingin, judes, dan suka berkata kasar.

Harus kuakui, aku bahkan tidak bisa bersikap normal saat tahu Byul adalah pengacaraku. Tetapi, saat gadis itu memenangkan kasus ini, entah mengapa, tiba-tiba saja, kepribadianku yang biasa muncul kembali.

Menjadi Kyuhyun yang dulu.

Malam itu, aku mengundang keluarga Byul dan semua sahabatku untuk makan malam bersama.

Hanya untuk berterima kasih.

Tadinya.

“Jadi kau mengundang keluarga kami hanya untuk mengucapkan terima kasih pada kami?” tanya nenek Shin.

Aku mengangguk. “Para sahabatku telah membantuku banyak sekali. Aku cukup merasa bersalah ketika tahu Eunhyuk membatalkan pernikahannya dengan Minjung hanya untuk menyelesaikan masalahku. Juga Donghae dan Chan yang membatalkan bulan madu mereka. Juga Hyosung yang jarang diperhatikan oleh Sungmin. Terakhir, Byul. Harus kuakui dia adalah pengacara terhebat yang pernah mendampingiku, karena para pengacara sebelumnya mengajukan beberapa kali sidang tanpa hasil. Aku sangat berhutang budi pada kalian. Jika ada kata yang lebih tinggi dari terima kasih, aku pasti akan mengucapkannya.”

“Eunhyuk dan Byul bukan apa-apa tanpaku.” sahut nenek Shin bangga. Memang, neneknya Byul adalah salah satu pengusaha tersukses di Korea, dan itu membuatnya memiliki banyak kenalan orang-orang penting di manapun. Bahkan beberapa anggota keluarga mereka juga ada yang masuk jajaran orang penting itu.

Mereka semua tersenyum lebar. Berbeda sekali dengan Byul yang sepertinya membutuhkan tenaga lebih hanya untuk mengeluarkan sebuah senyum. Kelihatan sekali kalau gadis itu tidak menyukai acara makan malam ini.

Nenek Shin mengangguk-angguk, seakan tengah memikirkan sesuatu. Sesaat kemudian berkata. “Kukira ada acara lain selain berterima kasih. Lamaran mungkin?”

Kami bertujuh tersentak. Byul batuk-batuk.

“Apa aku benar?”

Hei, apa semudah itu pikiranku terbaca? Memang, kata lamaran terdengar terlalu ekstrim. Sejujurnya aku hanya ingin memperkenalkan calon istriku pada neneknya Byul. Bukan berarti mengajukan lamaran.

“Sebenarnya.. aku sudah memiliki kekasih.”

Orang tua Byul, orangtuaku, Ahra noona, menatapku terkejut. Para sahabatku tidak terlalu terkejut dengan hal ini.

Nenek Shin kembali bicara. “Apa kau berniat melamarnya?”

Aku tersenyum. “Aku sudah menyiapkan cincinnya.”

Byul hampir memuntahkan makanannya kalau saja Hyosung tidak menyikutnya.

“Kapan?”

“Apa nenek mau aku melamarnya di depan nenek?”

Wanita paruh baya itu mengangguk. “Tentu saja! Bagaimanapun, aku harus tahu siapa yang akan mendampingimu seumur hidup.”

Keluargaku lagi-lagi memandangku dengan pandangan bertanya. Yah, ini memang di luar rencana. Karena pada dasarnya, setidaknya yang diketahui orangtuaku dan Ahra noona, aku hanya mengundang mereka semua makan malam untuk mengucapkan terima kasih. Aku memang tidak mengatakannya pada mereka.

Secara sengaja.

“Baiklah.”

Aku mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah, meletakannya di meja. Semua orang menatapku terkejut, kecuali Byul yang tengah minum.

Aku menyodorkan benda itu tepat di depannya.

Byul-ah, ayo kita menikah!”

Gadis itu menyemburkan air dari mulut saking kagetnya.

☆☆☆

Suasana menjadi cukup canggung setelah itu. Karena semburan air itu mengenaiku, Sungmin, Eunhyuk, dan Donghae — untungnya! Bisa bayangkan kalau air dari Byul itu mengenai orangtuaku? Atau Ahra noona? Atau parahnya lagi, orangtuanya atau neneknya?

Setelah mengatakan ‘Aku tidak membutuhkan jawabannya sekarang.’ pada Byul, lebih kepada semua orang sebenarnya, selesai acara makan malam, Byul menarikku menjauh dari mereka semua.

Dugaanku tepat.

“Apa maksudmu dengan hal tadi?!” bentaknya.

Aku sudah menduga kalimat ini.

“Bukankah itu sudah jelas?” jawabku santai. “Atau kau terlalu bodoh untuk mengerti ajakan itu?”

“Apa kau sedang mempermainkan aku?!”

Oke, aku tidak menduga dia akan bilang begini.

“Mempermainkanmu?” ulangku. “Untuk apa?”

“Membuatku tampak rendah seperti para gadis selingkuhanmu?! Siapa tahu?!” sergah gadis itu. “Kau dulu benci padaku karena aku tidak pernah menyetujui hubunganmu dengan Min So Eun kan, juga karena kau tahu aku tidak sepenuhnya memaafkanmu. Dan dengan semua itu, kurasa kau punya alasan yang kuat untuk mempermainkan aku dengan membuatku terbang tinggi pada awalnya, dan setelah waktunya pas, kau akan menghempasku ke tanah dengan keras! Tapi, tidak. Tidak untuk sekarang, ataupun nanti. Kali ini aku tidak akan membiarkan diriku dalam naunganmu! Aku bukan Byul mu yang dulu, yang selalu luluh di hadapanmu. Aku berbeda, dan aku tidak akan terpengaruh dirimu lagi!”

Sejenak hanya terdengar desiran angin malam sampai aku bicara. “Sudah selesai?”

Byul tampak geram.

“Bisa aku bicara?”

Gadis itu tidak menjawab.

“Baiklah.” aku menarik napas. “Aku akui, semua itu benar. Aku benci padamu karena kau tidak menyetujui hubunganku dengan So Eun dan karena kau tidak memaafkan aku dengan tulus. Akhirnya aku melampiaskan kemarahan ku pada gadis-gadis murah itu. Awalnya menyenangkan, kau tahu? Tetapi lama-kelamaan aku mulai bosan. Hubunganku dengan para gadis itu begitu-begitu saja, dan―”

“Akhirnya kau mencari gadis pengganti dan itu adalah aku?!” potong Byul sewot.

“Akhirnya aku berhenti memacari mereka semua dan mulai fokus pada gadis yang aku cintai.” lanjutku tenang.

“Mereka bilang kau bertemu seseorang di jalan dan kau langsung jatuh cinta padanya!” tukasnya.

“Ah, kau benar.” aku mengangguk, mengikuti jalan pikiran nya. “Sepertinya aku lupa bilang pada mereka kalau orang itu adalah kau.”

Dia diam. Ekspresi wajahnya melunak.

“Aku sangat menderita selama berada di kampus setelah kita berbeda universitas. Dan itu semua baru kusadari karena satu hal. Kau tidak ada.” aku mengakui. Aku menatap mata Byul, tanpa sedikitpun ingin beralih. “Aku begitu merindukanmu, sampai perasaan rindu itu berubah menjadi seperti ini. Aku sering bertanya pada diriku sendiri kenapa aku sampai punya perasaan sebesar ini padamu. Entahlah, kau bisa bilang kalau aku sudah terpikat padamu, dan aku tidak mau melepaskannya demi gadis lain. Kau gadis aneh, gila, jarang memedulikan penampilan, dan kasar. Dulu aku selalu mengelak setiap kali ada orang yang bilang kita adalah pasangan kekasih. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ternyata aku salah.”

Aku mengambil napas dan melanjutkan. “Aku bersyukur mereka mengatai kita begitu. Dan akan memberikan sumpah serapah sejelek-jeleknya bagi siapapun yang pernah berkata kalau kau tidak cocok bersanding denganku.”

Gadis itu tidak bereaksi apapun. Dia hanya menatapku, dan menatapku. Kehilangan kata-katanya.

“Mereka yang mengatakan kalau kita tidak cocok bersama sebenarnya hanya iri padamu karena orang sepertiku bisa berada dekat denganmu. Dan mereka juga terlalu menilai penampilan luarmu, sehingga mereka terkesan menghakimimu.”

Mata gadis itu membelalak.

Melihat ekspresi itu, aku tersenyum. Aku tahu dia tidak akan membantahku kali ini. “Hanya di depanmu aku bisa menjadi Kyuhyun yang sesungguhnya. Aku seakan tidak mengenal diriku sendiri saat bersama para wanita picisan itu. Dari dulu, aku selalu bergantung pada dirimu ‘kan? Kaulah satu-satunya gadis yang membuatku berani menunjukkan kelemahanku. Kau gadis yang paling mengerti diriku, paham akan keinginanku, bersedia menjadi tempat pelampiasanku, mengerti bagaimana caranya memperlakukan aku, dan menjadi tempatku berbagi. Aku tidak pernah meminta kecupan di pipi dan kening dari gadis mana pun selain dirimu. Kau adalah satu-satunya gadis di dunia ini yang namanya kutambahkan dengan imbuhan kepunyaan. Dan hanya kau harus yang boleh menyebut diriku adalah milikmu. Kau istimewa bagiku, dan selamanya tetap seperti itu walau kita pernah saling membenci.”

Aku menggenggam tangannya, menyatukan jemariku dengannya. Rasanya masih sama seperti dulu. Hangat dan nyaman. Tidak ada yang berubah.

“Maaf karena tidak mempercayaimu.” ucapku tulus. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa juga mengatakan hal ini. “Maaf karena telah membuatmu menangis. Maaf karena meragukanmu. Dan maaf karena telah membuatmu terluka dengan tatapan dinginku.”

Byul kemudian menatap tangannya yang kugenggam. Dan kembali menatapku.

“Aku tidak akan mengelak kalau aku juga menderita karena telah melakukan semua itu padamu.”

Gadis itu mengerjap. Aku bisa melihat air matanya terkumpul.

“Maaf..” cicitnya pelan.

Aku diam.

“Maaf karena tidak menerima permintaan maafmu. Maaf karena menghindarimu. Maaf karena telah bersikap kasar padamu. Dan maafkan semua kesalahanku yang terlalu banyak itu.”

Aku tersenyum teduh. Dan dia membalas senyuman itu! Senyuman pertama setelah kami berselisih!

Oh, hatiku..

“Byul-ah..”

Gadis itu hanya menatapku.

“Bolehkah aku mengulang lamaranku?” ujarku melepas genggaman. “Meski aku tahu ini sangat basi dan akan membuatmu muntah. Tapi aku sangat ingin melakukannya untukmu.”

Aku tidak menunggu jawabannya. Aku berlutut, mendongkak menatapnya, menyodorkan kotak cincin yang sudah kubuka itu.

“Shin Ha Byul ku sayang, gadis anehku yang menggemaskan.” kataku memulai. Lembut, menenangkan, memikat. “Kyuhyun mu ingin kau menikah dengannya. Kyuhyun mu ingin kau mengucapkan janji suci itu bersamanya di depan Tuhan dan semua orang. Kyuhyun mu ingin kau mendampinginya seumur hidupnya. Kyuhyun mu ingin kau menjadi istri untuk dirinya, dan ibu untuk anak-anaknya. Kyuhyun mu hanya ingin dirimu yang dilihatnya setiap kali ia bangun pagi, dan sebelum ia tidur. Kyuhyun mu ingin melindungimu sampai Tuhan memanggilnya. Dan Kyuhyun mu ingin menyayangi dirimu dengan caranya sehingga kau bahagia bersamanya. Apa kau bersedia menjadi miliknya?”

Hening.

Aku menunggu reaksi gadis itu.

Byul tidak muntah.

Karena aku mendengar satu isakan lolos dari mulutnya. Dan setitik air matanya jatuh.

Aku selalu terluka jika melihat air matanya, tapi aku menahan rasa sakitku. Tetap menunggu jawaban darinya.

Gadis itu memandang ke arah lain, menyeka air matanya, dan menatapku. “Berdiri.”

Singkat, padat, dan jelas. Aku tertegun. Dia tidak menjawab lamaranku?!

Dia berdecak seraya menarikku untuk berdiri. “Kau masih seperti dulu, ya? Tidak pernah mau mendengarkan aku?”

Aku mengerjap. Apa ini? Kenapa Byul tidak menjawab?! Dan kenapa reaksi gadis itu biasa saja?! Tidak terperangah sama sekali?!

Apa dia..

“Kau.. menolakku?” tanyaku hati-hati.

Dia menatapku datar. Sungguh, aku langsung terluka hanya dengan itu.

“B-benarkah?”

“Apa aku sudah menjawab?”

Aku menggeleng polos.

“Nah, sekarang biarkan aku bicara.” Byul berkata. “Kau tahu benar kalau kau tidak bisa tidak bergantung padaku. Kau selalu merepotkan aku, menyuruhku melakukan ini itu, memarahiku karena hal kecil, dan berbagai hal menjengkelkan lainnya selalu kau lakukan padaku. Kau tahu? Hal itu membuatku tidak bisa berada jauh darimu.”

Honestly, aku tidak mengerti arah pembicaraan ini.

Byul tersenyum. “Dan juga, kau tahu betul kalau aku sama sekali tidak bisa menolak semua permintaanmu.”

Aku mengangguk membenarkan.

Dan yang dilakukan gadis itu selanjutnya membuatku melongo.

Dia mengambil cincin dari kotak dan mengenakannya. Lalu dia menunjukkan jemarinya yang sudah tersemat cincin. “Jadi, ya! Ayo kita menikah!”

Aku diam. Mengerjap beberapa kali. Berusaha memastikan kalau aku tidak bermimpi.

“Kau tidak bermimpi, Kyuhyun ku sayang.” kicau Byul menyeringai seakan tahu apa yang ku pikirkan. “Aku menerima lamaranmu. Aku mau menikah denganmu. Ini adalah ajakanmu yang paling membaagiakan bagiku.”

Aku langsung menariknya menghambur ke pelukanku. Mengusap dan mengecup kepalanya dengan bebas. Tidak ada penolakan. Byul menerima pelukanku. Ini sangat nyaman dan menenangkan! Aku tidak ingat kapan kami berpelukan, karena yang kuingat adalah saat Byul menolak pelukanku.

Gadis itu melingkarkan lengannya di pinggangku, dan membenamkan wajahnya di bahuku. Dia menangis dalam diam di sana, karena aku merasa bahuku basah.

Sebahagia itukah dirinya?

Aku juga sangat bahagia!

☆☆☆

Setelah semua itu, aku dan Byul memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli beberapa es krim dan keripik kentang. Hubungan kami akhirnya seperti dulu lagi, saat kami masih menjadi sahabat yang saling bergantung satu sama lain. Namun kali ini bentuk hubungan kami berbeda. Kami memang saling bergantung satu sama lain, tetap bukan sebagai sahabat. Melainkan sebagai pasangan kekasih.

Sekarang kami tengah menempuh perjalanan pulang seraya menikmati es krim.

“Kyu-ah, bolehkah aku menanyakan beberapa hal?”

“Tentu, Sayang.”

Dia mencibir gombalanku. “Saat kau meminta saran tentang cincin pernikahan pada mereka, Eunhyuk pernah bilang, ketika mereka mendesakmu untuk mengatakan siapa tunanganmu, Donghae menyinggung namaku kan?”

“Benar sekali.”

“Dan kau mengelak dengan mengatakan kalau kau masih benci padaku.” sambungnya. “Kenapa kau tidak mengatakannya pada mereka, kalau gadis itu aku?”

“Sederhana saja.” aku menggedikan bahu. “Jika aku mengatakannya pada mereka, maka lamaranku tidak akan menjadi kejutan bagi mereka.”

“Bahkan sampai berbohong dengan melihat seorang gadis saat menyebrang?” ucapnya menyindir.

“Aku tidak bohong soal itu.” aku menoleh. “Sungguh! Aku memang pernah berpapasan denganmu saat menyebrang. Kau saja yang tidak menyadarinya. Jadi kugunakan saja kejadian itu sebagai alasan.”

Byul hanya mengangguk-angguk. “Cukup pintar.” komentarnya.

“Kau dan Eunhyuk juga menyembunyikan rencana lamaran Minjung dari kami.” tambahku.

Byul mendengus. “Apa ini semacam balas dendam?”

“Tidak juga.” aku terkekeh. “Aku tersanjung saat melihat cara Eunhyuk melamar Minjung. Jadi tidak ada salahnya aku melakukan hal yang sama padamu.”

Gadisku memasang raut wajah bingung. “Apa maksudmu?”

“Karena aku melamarmu seperti tadi, kau bisa berbangga dengan menceritakan pada orang-orang atau anak-anak kita nanti. Jika mereka bertanya bagaimana suamimu melamarmu.”

Byul mengeluarkan suara setengah mendengus setengah tertawa. “Kuharap mereka tidak akan bertanya.”

Aku tertawa. Tahu betul kalau itu hanya candaan. Byul adalah tipikal gadis yang akan menceritakan hal-hal yang berkesan yang dialaminya pada semua orang, sekalipun tidak ada yang bertanya. 

“Dan kuharap kau tidak akan menceritakan bagaimana reaksimu saat kau pikir aku menolak lamaramu.” balas Byul tersenyum jahil.

Aku menggerutu, menikmati es krim yang mulai mencair.

Sejenak, sebuah ide yang cukup bagus terlintas di pikiranku. Untuk membalas kalimatnya itu.

Aku menyeringai.

“Byul-ah, lihatlah.”

Gadis itu, yang tengah menikmati es krimnya santai, menoleh. Mendapati noda es krim di pipi, kening, dan bibirku, yang siapapun akan tahu kalau itu dibuat dengan sengaja.

“Apa?”

“Bersihkan.” pintaku. “Dengan bibirmu.”

Gadis itu berdecih. “Apa-apaan itu?”

“Ayolah..” aku memohon dengan amat sangat, menunjuk kening dan pipiku dengan wajah memelas. “Aku merindukan sentuhan bibirmu di sini..”

“Haruskah?”

Aku mengangguk antusias.

“Kenapa?”

“Karena kau gadisku, dan hanya kau yang kuizinkan untuk melakukannya.” cerocosku santai. Seolah dia seharusnya tidak perlu menanyakan hal ini. “Meski begitu, aku tidak keberatan kalau kau melakukannya tanpa permisi.”

Byul mendengus sebal.

“Kumohon..”

“Baiklah.”

Kami berhenti melangkah. Hah, aku berhasil! Aku tersenyum sambil memejamkan mata saat kedua tangan Byul menangkup wajahku. Senyumku semakin lebar saat dirasa bibir itu menempel sempurna di kening dan kedua pipiku. Ketika dua tangan lembut itu terlepas dari pipiku, aku merasa ada sesuatu yang kurang.

Kami melanjutkan langkah.

“Ya, bagaimana dengan yang ada di sini?” aku menunjuk sudut bibirnya.

“Bersihkan saja dengan lidahmu.” jawabnya malas.

“Tapi aku akan merasa lebih baik kalau lidahmu yang melakukannya..”

Byul menendang keras bokongku.

“YA!” pekikku kesakitan.

“Wae?!” Byul berteriak lebih kencang lagi. “Ada apa dengan dirimu?! Apa gadis-gadis murahan itu telah mengubah kepribadian mu?! Hei, aku sedang berusaha bersikap normal sekarang! Kenapa malah kau yang bersikap aneh?!”

Aku hanya menyeringai. Apa meminta ciuman dari gadis yang kucintai adalah hal aneh? Dasar aneh! Untung saja dia adalah Byulku, cintaku.

“Hei!” gadisku tersentak, seakan baru menyadari satu hal. Dia memandangku serius. “Apa kepribadian kita tertukar?!”

Tawaku meledak. “Gagasan macam apa itu?! Kau terlalu banyak menonton film!”

“Sungguh!” Byul mengamati wajahku kalut. “Kau terlihat seaneh diriku sekarang!”

Aku mengeluarkan suara setengah mendengus setengah tertawa.

“Ah!” Byul menjentikkan jari. Kita lihat apa yang akan dia lakukan padaku. “Aku punya sebuah cara untuk mengembalikan kepribadianmu!” ia menggenggam kedua tanganku dan menutup mata. “Lakukan apa yang aku lakukan, dan buat permohonan, kalau kau ingin kepribadian mu kembali seperti semula. Satu. Dua. Tiga.”

Byul menutup mata dengan keras sembari terus menggenggam tanganku.

Aku hanya menatapnya yang tengah melakukan ritual apalah-itu-aku-tidak-mengerti-dan-tidak-peduli, sama sekali tidak mau menuruti keinginannya. Aku malah melakukan apa yang ingin kulakukan.

Sedetik kemudian, aku mendekatkan wajahku padanya, dan menempelkan bibirku pada miliknya itu. Aku mengecupnya lembut, tapi kemudian, aku meraupnya. Menyesap lama bibir bawahnya, lantas berpindah pada yang atas. Menikmati rasa manis tiada tara yang tak kusangka akan dirasa dari bibirnya. Mataku terpejam tenang, seraya menyesap benda yang akhirnya menjadi favoritku itu berkali-kali. Tanganku melingkar sempurna di pinggangnya.

Dari semua ciuman yang pernah kulakukan, ini yang paling berkesan.

Saat aku mengulum bibir itu untuk terakhir kalinya, aku langsung menjauhkan wajahnya, melihat reaksi Byul. Ini adalah ciuman bibir pertama kami. Jadi tidak heran aku melihat mata Byul melebar terkejut, pipi bersemu, bibir yang kemerahan dan sedikit terbuka. Oh, Byul sialan! Tidakkah dia tahu kalau reaksi itu membuatku ingin melumat ganas bibirnya?!

Aku menyeringai. “Finally, I got your lip, baby.”

Instingku mengatakan kalau aku harus meraup benda itu lagi. Dan yah, kulakukan dengan baik!

Saat aku akhirnya berani melepas rasa manis itu dan melepas tanganku dari pinggang Byul, gadis itu langsung terduduk lemas.

“Hei, hei!” seruku panik, terduduk untuk membantu Byul berdiri, tapi ternyata kaki gadis itu benar-benar lemas. “Ada apa denganmu?!”

Byul tampak malu-malu. Dan jujur saja, itu sangat lucu di mataku.

Hei, Byul tidak pernah bersikap seperti ini, kalian tahu? Bahkan ketika dia menonton drama romantis bersama tiga sahabat perempuanku, reaksinya terlihat biasa saja. Padahal Minjung, Hyosung, dan Chan langsung mengklaim diri mereka adalah penggemar berat pemeran pria di drama itu saking romantisnya si pria kepada gadisnya. Dan sekarang, di depanku, dia terduduk lemas, dan merona.

Merona?

Shin Ha Byul merona?!

Gadis tomboy dan kasar seperti dirinya.. merona?!

Sungguh, aku ingin tertawa saat ini!

“Aku tidak percaya ciumanku bisa membuatmu seperti ini.” ucapku diselingi sedikit tawa.

Gadis itu menunduk dalam untuk menyembunyikan wajahnya. Membuatnya semakin terlihat lucu!

“Jika aku tahu hal ini dari awal, aku seharusnya menciummu di kelas saat itu! Saat kau tidak mau memberikan gambar presentasi biologi mu!”

Gadis itu mendesis dan makin tampak malu-malu.

Aku terbahak. “Kau masih gadisku yang dulu! Tidak ada yang berubah!” aku menarik dagunya dan membuat bibir kami kembali bertemu sekali. Sengaja membuat suara-suara decakan yang agak keras agar keadaan terkesan dramatis.

Sepertinya sekarang Byul kesulitan menggerakan tangannya.

“Kau aneh, abstrak, dan tak terkendali. Jadi kau butuh aku untuk mengendalikanmu. Oh kita benar-benar pasangan yang sempurna!

Aku menuntun Byul untuk naik ke punggungku. Saking malunya, Byul tidak membantah apapun. Dia hanya menurutiku. Sungguh, dia benar-benar lemas. Dia tidak bisa melakukan apapun sekarang. Haha!

Kami menempuh perjalanan pulang dengan Byul berada di gendonganku.

“Oh ayolah..” desisku memutar bola mata. “Baru kucium saja kau sudah seperti ini. Saat kita menikah nanti, aku akan membuatmu berada di bawahku setiap malam.”

“Berhenti, Cho!” sungut gadis itu berusaha mengeratkan rangkulannya di leherku.

Aku tertawa.

Setelah puas menertawai gadisku, aku kembali memanggilnya. “Byul-ah?”

Gadis itu mencondongkan kepalanya dan menoleh padaku. Oh, sialan. Bibir itu kenapa menjadi begitu menggoda sejak aku menciumnya? Parahnya lagi, kenapa Byul mempermudah aksesku untuk melakukannya?! Sialan.

Aku kembali mengulum bibir itu. 

Kami melanjutkan langkah. Aku menatap lurus ke depan, dan berkata. “Saranghae..”

Aku mendesah lega. Akhirnya aku bisa mengucapkan kalimat itu. Akhirnya aku bisa memperjelas perasaanku padanya. Akhirnya kata itu terucap untuk memperjelas hubungan kami.

Dalam gendonganku, Byul lemas tak terkendali.

Aku berhenti, menurunkannya dari gendonganku. “Kau harus membalasnya.” titahku. “Jangan hanya bereaksi seperti itu.”

“M-m-membalas?” dia tergagap.

Aku mengangguk.

“B-baiklah.”

Byul mengambil napas, menghembuskannya. Kemudian menatapku intens, dan berkata. Lebih seperti berbisik. “Aku mencintaimu.”

Senyumku melebar dan hatiku melambung tinggi. Aku tidak percaya itu adalah kata termanis yang pernah kudengar dari mulutnya. Byul, gadis itu, memiliki perasaan yang sama denganku.

Tapi itu masih terlalu pelan.

Jadi aku berkata. “Aku tidak dengar.”

Dia berdecak, menatapku sebal. “Aku mencintaimu, Cho Kyu Hyun! Kenapa kau harus pura-pura tidak mendengar padahal kau tahu aku —”

Aku tidak lagi mendengar ocehannya. Karena detik selanjutnya, aku sudah menariknya ke dalam pelukanku, menuntun tangannya untuk melingkar di leherku.

Dan menciumnya dengan agresif.

Gg

End

Ff

Wah, selesai juga :3 Maaf ya kebanyakan monolog pasti ngebosenin banget :3

Lagi dalam tahap bikin cerita Eunhyuk Minjung nih *gaada yang nanya* -_-

10 thoughts on “Everything Has Changed 8 (END)

  1. Rapih, narasi & alurnya agak cepet tp tetep pas. Less detail tp ceritanya tetep terjadi menarik. Good stories. I love ur story. Good job Author. Terus berkarya.. ditunggu next ffnya kak, Fighting!!

    Liked by 1 person

  2. O em ji o me gat ngga nyangka scene akhirnya bakalan kaya giniiii 😆😆😆 kyuhyun manis bangeeet siii.. Bikin greget 😆😆😆 author semangat yaa bikin ff nya, terutama ff eunhyuk sama min jung aku tungguuu 😊 sekarang jarang banget ada ff cast eunhyuk yg bikin baper 😁😁😁 Fighting Thor ^^

    Liked by 1 person

    1. Wqwqwq hehehe makasih ya udah nyempetin baca hehe 😂😂 ff sungguh minjung masih coming soon ya soalnya aku sibuk banget dan belom sempet ngepost hm makasih yaa udah mau ngebaca ceritaku 😉

      Like

  3. akhir yg bahagia dengan adegan manis yg sukses buat gue menghayal jauh 😂😂
    author selalu membuat akhir yg berkesan di setiap ff nya
    really love your ffs thor. seriously. honestly. ff nya emajing bingits.
    di tunggu karya yg memukau lainnya #cielah kata2 nya

    btw ini komen yg kedua loh. soalnya yg pertama tadi kek nya nggak masuk. 😂😂

    Liked by 1 person

    1. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHA itu tbh dimanis-manisin dan emang kecepetan banget ceritanya kalo disambungin dari yang ke 7 tapi makasih loh karena udah ninggalin jejak dan udah mau ngomentarin dan udah mau ngerevie ehehe 😉😉😉

      Like

Leave a comment